Sunday, September 9, 2018

Inemuri, Tradisi Tidur saat Jam Kerja di Jepang


Istilah inemuri mulai populer setelah dikaji oleh Brigitte Steger (dosen senior dari Downing College, Cambridge) yang pernah tinggal di Jepang pada akhir periode 1980-an. 
Kala itu, Jepang sedang berada di puncak Bubble Economy dan orang-orang sangat sibuk bekerja, sehingga hampir tak punya waktu untuk tidur di rumah. Tetapi, saat di tempat kerja, orang-orang tersebut justru diperbolehkan tidur saat jam sibuk perusahaan.
Berlandaskan penelitian yang dilansir olehJapan Today, Jepang memang termasuk negara yang warganya paling kurang tidur. Rata-rata orang Jepang cuma tidur sekitar 6 jam 35 menit ketika malam. 
Hal tersebut membuat kebanyakan dari mereka tertidur tatkala berada dalam perjalanan ke tempat kerja, saat di taman, kedai kopi, toko buku, bahkan di kantor. Namun, inemurimemiliki syarat dan ketentuan, tidak semua orang dapat bebas melakukannya. 
Menurut Steger, inemuri bergantung kepada 'siapa kita'. Jika kita adalah karyawan baru di sebuah perusahaan, yang masih dituntut untuk aktif dalam beraktivitas, maka inemuridilarang. 
Jika kita sudah berusia 40 atau 50 tahun, sedangkan rapat yang kita hadiri tidak sesuai dengan deskripsi pekerjaan, inemuri diperbolehkan. Lebih dari itu, semakin tinggi tingkat sosial atau jabatan di suatu perusahaan maka kian bolehlah kita menikmati inemuri.
Ketentuan lain yang memperbolehkan inemuri, juga dapat dipahami dari makna katanya: hadir saat tidur. Itu berarti, walau secara fisik kita terlelap, tanggung jawab akan pekerjaan kudu tetap dipenuhi. Inemuri berguna untuk menghilangkan lelah, tanpa harus kehilangan konsentrasi terhadap tugas.
Tradisi serupa inemuri sebetulnya juga sudah berlaku di beberapa negara lain, semacam siesta di Spanyol atau riposo di Italia. Dalam beberapa tahun terakhir, praktik tidur sejenak selama jam kerja juga mendapatkan dukungan dari beberapa perusahaan terkemuka seperti Google, Apple, Nike, BASF, Opel, dan Huffington Post.

0 comments:

Post a Comment